Israel bertingkah semakin semena-mena dengan membeberkan tiga rencana baru mereka terkait agresi brutalnya di Jalur Gaza Palestina yang telah berlangsung selama hampir lima bulan.

Melalui pernyataan pada Senin (26/2), Kantor Perdana Menteri IsraelBenjamin Netanyahu merilis tiga rencana yang telah diajukan militer dalam rapat Kabinet Perang.

Lihat Juga : Bela Palestina, Pilot Militer AS Bakar Diri di Depan Kedubes Israel

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama, kantor Netanyahu menyebut ada rencana untuk mengevakuasi "populasi dari area-area pertempuran di Jalur Gaza". Meski begitu, pernyataan tersebut tidak merinci detail tempat evakuasi, proses, dan jangka waktunya.

Pernyataan tersebut juga tak memberikan rincian ke mana atau bagaimana warga sipil akan dipindahkan dari Gaza. Namun, PM Netanyahu sebelumnya memang telah memerintahkan militer merencanakan "evakuasi penduduk" di Gaza, terutama dari Rafah.

Perintah itu dilayangkan Netanyahu menyusul operasi baru militer Israel yang kini fokus menggempur Rafah, wilayah di selatan Jalur Gaza yang berbatasan langsung dengan Mesir. Sekitar lebih dari 1,3 juta warga Gaza diperkirakan mengungsi ke Rafah imbas daerah utara dan tengah Gaza yang telah luluh lantak digempur Israel sejak agresinya 7 Oktober lalu.

Kedua, kantor Netanyahu menuturkan militer Israel telah membeberkan "rencana selanjutnya operasi militer" di Jalur Gaza. Lagi-lagi, pernyataan tersebut tidak merinci seperti apa rencana agresi militer Israel ke Jalur Gaza selanjutnya.

Ketiga, kabinet perang Israel dilaporkan menyetujui "rencana untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza."

Israel menjamin pemberian bantuan kemanusiaan ini akan dilaksanakan "dengan cara yang dapat mencegah penjarahan terjadi di utara Jalur Gaza".

Meski begitu, pernyataan kantor PM Israel itu tak menjelaskan alasan mengapa sampai saat ini bantuan-bantuan kemanusiaan yang kabarnya telah lebih dulu dikirimkan belum juga sampai di utara Jalur Gaza.

Lebih lanjut, pernyataan singkat kantor Netanyahu ini juga tidak secara spesifik menyebutkan apakah tiga rencana ini berkaitan dengan rencana Israel melancarkan invasi darat Israel ke Rafah. Laporan tersebut juga tidak menyebutkan apakah atau bagaimana tanggapan kabinet perang soal rencana ini.

Pengumuman ini muncul usai delegasi Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat bertemu di Doha membahas kemungkinan kesepakatan gencatan senjata terbaru antara Israel-Hamas.

Hamas dan Israel dilaporkan menargetkan gencatan senjata berlaku sebelum Ramadan. Bulan puasa tahun ini kemungkinan akan dimulai 10 Maret mendatang.

Amerika Serikat mengatakan upaya mediasi yang sedang berlangsung menghasilkan "kesepahaman" menuju gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Namun, sumber Hamas mengatakan kelompok tersebut bersikeras Israel harus menarik  seluruh pasukan dari tanah Palestina sebelum gencatan senjata berlaku.

Upaya gencatan senjata ini dilakukan menyusul korban tewas imbas agresi brutal Israel yang terus bertambah hingga kini mencapai 29.692 orang. Sebagian besar korban tewas itu merupakan anak-anak dan perempuan.