bgibola 1 live

rx king mahal - Makin Jatuh Kinerja Manufaktur, Jauh Pula Mimpi RI Jadi Negara Maju

2024-10-08 05:37:40

rx king mahal,mana mungkin mendua hati lirik,rx king mahalJakarta, CNN Indonesia--

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut industri manufaktur Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Kinerjanya terus menurun.

Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menyebut anomali terjadi di Indonesia. Kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) terus turun, di saat status masih belum menjadi negara maju.

"Kontribusi manufaktur terhadap PDB Indonesia terus menurun, sebelum kita mencapai status negara berpenghasilan tinggi. Kita tua sebelum kaya. Kita tidak menginginkan hal tersebut," katanya dalam Annual Conference on Indonesia Economic Development (ACIED) 2024 di Kantor BRIN, Jakarta, Selasa (30/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayang, prestasi tersebut sirna. Bappenas mencatat kontribusi industri ini terus anjlok dari tahun ke tahun.

"Sekarang hanya ada kurang dari 20 persen sumbangsih industri manufaktur terhadap PDB. Ini tidak bagus untuk perekonomian Indonesia. Karena industri manufaktur sangat penting untuk negara berkembang, seperti Indonesia," imbuhnya.

Pada 2020, laju pertumbuhan PDB manufaktur minus 2,93 persen dengan kontribusi 19,88 persen. Lalu pada 2021, berhasil naik 3,39 persen dengan kontribusi yang turun ke 19,25 persen.

Pada 2022, laju pertumbuhannya naik menjadi 4,89 persen dengan kontribusi 18,34 persen dan 2023 tumbuh 4,64 persen dan sumbangsih ke PDB 18,67 persen hingga kuartal I-2024 tumbuh 4,13 persen dan kontribusi 19,28 persen.

Lihat Juga :
Jokowi Resmi Larang Produsen Susu Formula Beri Diskon ke Pembeli

Lalu, apa saja dampak dari penurunan kinerja industri manufaktur ini?

Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita mengatakan penurunan kinerja manufaktur tentu memberikan dampak bahaya bagi perekonomian dalam negeri, terutama dari sisi tenaga kerja.

"Penurunan aktivitas manufaktur tentu sangat berbahaya bagi perekonomian kita, di saat sektor jasa juga belum berkembang baik. Sektor manufaktur adalah bagian utama dari modernisasi ekonomi, karena menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar di satu sisi dan membutuhkan skill khusus tertentu di sisi lain," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Menurutnya, revolusi industri 200-an tahun lalu dimulai atas perpaduan antara penemuan mesin uap dan perkembangan sektor manufaktur, terutama tekstil. Sehingga evolusi teknologi dalam sektor manufaktur sangat berpengaruh besar dalam menentukan maju tidaknya sebuah negara.

Lihat Juga :
Siapa Pemilik Hotel Nusantara yang Ditinjau Jokowi Hari Ini?

Oleh karenanya, apabila kinerja manufaktur dalam negeri terus turun tanpa ada upaya dari pemerintah, maka akan makin sulit mencapai status negara maju.

"Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan China, terangkat menjadi negara berpendapatan menengah ke atas karena kemajuan yang terus terjadi di sektor manufaktur negara-negara tersebut, sehingga mereka bisa menghasilkan produk secara masif yang dipasarkan ke seluruh dunia," jelasnya.

Ronny mencatat ada beberapa penyebab kinerja manufaktur Tanah Air terus turun. Pertama, ketertinggalan teknologi yang membuat biaya produksi justru semakin mahal dan akhirnya membuat produk kurang kompetitif.

Kedua, minimnya dukungan nyata pemerintah, seperti pemberian insentif yang memungkinkan pelaku usaha meningkatkan teknologinya.

Ketiga, kebijakan dagang yang kurang terukur sehingga produk impor membanjiri pasar dalam negeri, dan keempatminimnya dukungan terhadap aktivitas riset dan development atas produk-produk dalam negeri.

"Semua sebab tersebut membuat produk manufaktur dalam negeri menjadi kalah bersaing dengan produk yang sama yang berasal dari impor. Harganya menjadi jauh lebih mahal," kata Ronny.

Di saat yang sama, daya beli masyarakat tengah tertekan karena berbagai faktor internal dan eksternal. Alhasil, masyarakat lebih memilih membeli produk impor yang harganya sangat terjangkau (affordable).

"Kompleksitas persoalan tersebut akhirnya menekan pasar produk manufaktur kita di pasar domestik, yang ujungnya membuat sebagian pelaku sektor manufaktur harus gulung tikar," jelasnya.

Dengan kondisi ini, maka penciptaan lapangan kerja baru pun akan makin mengecil. Sebab, sektor manufaktur bagian dari padat karya yang paling banyak menyerap tenaga kerja.

"Keterkaitan sektor manufaktur dengan tenaga kerja sangat erat. Manufaktur adalah sektor padat karya. Sehingga pengecilan peran sektor manufaktur akan mengakibatkan perlambatan serapan tenaga kerja baru," terangnya.

Karenanya, Ronny menekankan langkah-langkah yang harus dilakukan pemerintah adalah memitigasi berbagai persoalan yang telah menyebabkan mandegnya perkembangan sektor manufaktur.

[Gambas:Photo CNN]

Senada, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan dampak penurunan kinerja manufaktur paling utama pada kondisi tenaga kerja di Indonesia.

Menurut Bhima, apabila tidak ada langkah perbaikan dari pemerintah, maka jumlah pengangguran di dalam negeri terutama pada usia muda, sekitar umur 15-29 tahun, akan makin tinggi.

"Ini bisa sebabkan bencana sosial, seperti bencana tenaga kerja yang sedang menghadapi bonus demografi. Sebab, di tengah penurunan industri ini lapangan kerja di sektor formal yang tersedia itu semakin kecil. Nah, maka makin banyak yang akan menjadi pengangguran, terutama pengangguran usia muda," kata Bhima.

Apalagi, imbuh Bhima, jumlah pengangguran usia muda Indonesia yang sebesar 13,9 persen pada 2023 itu paling tinggi di antara negara ASEAN.

Kalah dibandingkan Malaysia sebesar 12,5 persen, Filipina sebesar 6,9 persen, Thailand cuma 5,3 persen, Timor Leste 3,2 persen dan Vietnam 6,2 persen.

"Jadi ini menjadi alarm karena sektor industrinya melemah, maka banyak anak muda kesulitan cari pekerjaan dan ini jadi ancaman demografi di Indonesia," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]