bgibola 1 live

klasemen liga inggris b - Periode 13 Bulan Bumi 'Mendidih' Berakhir, Pakar Tetap Beri Peringatan

2024-10-09 21:47:58

klasemen liga inggris b,nomor beras togel,klasemen liga inggris bJakarta, CNN Indonesia--

Badan iklim Eropa, Copernicus, mengumumkan rentetan 13 bulan berturut-turut rekor panasberakhir pada bulan Juli lalu seiring berakhirnya El Nino.

Copernicus mengungkap suhu panas rata-rata pada bulan Juli 2024 gagal melampaui suhu panas Juli tahun lalu. Kendati begitu, para ilmuwan mengatakan berakhirnya rekor tersebut tidak mengubah apa pun tentang ancaman yang ditimbulkan oleh krisis iklim.

"Konteks keseluruhan tidak berubah. Iklim kita terus memanas," kata wakil direktur Copernicus, Samantha Burgess, dalam sebuah pernyataan, mengutip The Guardian, Jumat (9/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, suhu bulan ini sedikit lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu.

Menurut Copernicus ini adalah bulan Juli terpanas kedua dan terpanas kedua dari semua bulan yang tercatat dalam catatan mereka. Bumi juga mengalami dua hari terpanas dalam catatan, yaitu pada tanggal 22 Juli dan 23 Juli, dengan suhu rata-rata sekitar 17,1 derajat Celcius.

Merujuk catatan Copernicus, sepanjang bulan lalu, dunia lebih hangat 1,48 derajat Celsius dibandingkan masa pra-industri. Angka tersebut mendekati batas pemanasan yang disepakati oleh hampir semua negara di dunia dalam perjanjian iklim Paris 2015, yakni 1.5 derajat Celsius.

Julien Nicolas, ilmuwan iklim senior Copernicus, mengatakan bahwa fenomena El Nino memicu rekor panas selama 13 bulan berturut-turut. Namun, fenomena yang secara alami menghangatkan Samudera Pasifik dan mengubah cuaca di seluruh dunia itu kini telah berakhir.

Lihat Juga :
Fakta-fakta Bumi Memanas, Ini Daftar Wilayah Diprediksi Tak Layak Huni

Hal ini mengakibatkan suhu pada Juli kemarin sedikit menurun. Kendati begitu, Copernicus mencatat masih ada tren pemanasan global. Menurut dia gambaran global saat ini tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun lalu.

"Fakta bahwa suhu permukaan laut global sedang dan telah berada pada tingkat rekor atau mendekati rekor selama lebih dari setahun terakhir ini telah menjadi faktor penting yang berkontribusi," kata Nicolas.

"Kekuatan pendorong utama di balik rekor suhu ini juga merupakan tren pemanasan jangka panjang yang secara langsung berkaitan dengan penumpukan gas rumah kaca di atmosfer."

Hal ini termasuk karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas alam.

Suhu pada bulan Juli ini sangat menghantam beberapa wilayah tertentu, termasuk Kanada bagian barat dan Amerika Serikat bagian barat. Mereka terpanggang, dengan sekitar sepertiga populasi AS berada di bawah peringatan pada satu titik karena panas yang berbahaya dan memecahkan rekor.

Di Eropa selatan dan timur, kementerian kesehatan Italia mengeluarkan peringatan panas ekstrem untuk beberapa kota di Eropa selatan dan Balkan. Sementara, Yunani terpaksa menutup objek wisata budaya terbesarnya, Acropolis, karena suhu yang berlebihan.

Selain itu, sebagian besar wilayah Perancis, yang tengah menggelar Olimpiade Paris 2024, juga dalam peringatan suhu panas.

Kondisi di benua-benua lain, seperti Afrika dan Asia juga tidak jauh berbeda. Sebagian besar Afrika, Timur Tengah dan Asia, serta Antartika bagian timur juga terkena dampak pemanasan. Suhu di Antartika jauh di atas rata-rata, kata para ilmuwan.

Lihat Juga :
Pakar Peringatkan Jakarta Defisit Air, Bisa Jadi Bom Waktu

"Keadaan akan terus memburuk karena kita tidak berhenti melakukan hal yang memperburuk keadaan," kata Gavin Schmidt, ahli iklim dan direktur Goddard Institute for Space Studies.

Schmidt mencatat metodologi atau perhitungan yang berbeda dapat menghasilkan hasil yang sedikit berbeda, termasuk bahwa bulan Juli mungkin akan melanjutkan tren tersebut. Menurutnya, bahkan jika pemecahan rekor ini berakhir, kekuatan yang mendorong suhu lebih tinggi tidak akan berhenti.

"Apakah penting bahwa bulan Juli adalah rekor atau bukan rekor? Tidak, karena hal yang penting, hal yang berdampak pada semua orang," jelas Schmidt.

"Adalah fakta bahwa suhu tahun ini dan tahun lalu masih jauh, jauh lebih hangat dibandingkan tahun 1980-an, dibandingkan masa pra-industri. Dan kita melihat dampak dari perubahan tersebut," lanjut dia.

Para ahli juga mengingatkan bahwa berakhirnya rekor panas 13 bulan ini tidak seharusnya membuat masyarakat dunia merasa lega.

"Ada banyak perhatian yang diberikan pada rekor global selama 13 bulan berturut-turut ini," kata Nicolas."

Namun, konsekuensi dari perubahan iklim telah terlihat selama bertahun-tahun. Ini dimulai sebelum Juni 2023, dan tidak akan berakhir karena rekor beruntun ini akan berakhir," pungkasnya.

Rekor-rekor ‘Neraka Bocor’ di 2023Rekor-rekor ‘Neraka Bocor’ di 2023 (Foto: CNNIndonesia)
(tim/dmi)