bgibola 1 live

peta777 slot - Dunia dan RI Bersiap Hadapi 48 Jam Penuh Gejolak

2024-10-08 03:51:43

peta777 slot,link alternatif jet77,peta777 slot
  • Bank Indonesia memulai Rapat Dewan Gubernur pada 17-19 September 2024
  • Menanti kebijakan suku bunga The Fed yang dirilis pekan ini
  • Neraca perdagangan diproyeksi masih berada di zona surplus periode Agustus 2024. Surplus kali ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini pasar keuangan Indonesia dipenuhi oleh beragam sentimen penting yang menjadi motor pergerakan. Paling utama adalah rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed. 

Harapan para pelaku pasar akan berakhirnya tren suku bunga tinggi yang dimulai pada bulan ini sangat besar. Hal ini juga yang mendorong penguatan pasar saham hingga mencatatkan rekor posisi tertinggi sepanjang masa bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Begitupun dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang turut menguat.

Sentimen mengenai kebijakan suku bunga The Fed juga didampingi oleh rilis data-data ekonomi yang tak kalah berpengaruh terhadap persepsi investor terhadap pasar. Sebut saja neraca dagang Indonesia yang akan dirilis siang nanti. Lantas apakah pasar keuangan Indonesia akan berada di kecenderungan penguatan pada pekan ini dan mencatatkan rekor-rekor baru?

Baca:
Rapat The Fed di Depan Mata, Investor Pasang Sabuk Pengaman!

Untuk menemukan jawabannya, Tim Riset CNBC Indonesia telah mengulas beragam sentimen penting yang menjadi penggerak pasar saham dan nilai tukar rupiah pekan ini di halaman ketiga.

Pekan lalu adalah pekan menjadi perdagangan yang menggembirakan bagi investor. Sebab, indeks acuan utama pasar saham Indonesia mencatatkan rekor sepanjang masa (all time high/ATH) sebanyak tiga kali, dengan dua hari beruntun mencetak ATH. Rekor pertama di mulai pada perdagangan Selasa yang ditutup menguat 0,76% di posisi 7.761,39. Kemudian pada Kamis dan Jumat minggu lalu, IHSG kembali mencetak rekor.

Sepanjang pekan lalu, indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut melesat 1,71% secara point-to-point (ptp). Kinerja IHSG pada pekan ini lebih baik dari pekan lalu yang hanya menguat 0,67%.

Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 57,2 triliun. Investor asing pun mencatatkan inflowatau pembelian bersih (net buy) mencapai Rp 3,49 triliun di seluruh pasar dengan rincian sebesar Rp 3,12 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp 372,61 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

IHSG yang bergairah di tengah semakin meningkatnya optimisme pelaku pasar global akan pemangkasan suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Pada Rabu malam waktu Indonesia, Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (IHK) pada Agustus tercatat mengalami inflasi 2,5%. Inflasi ini menjadi yang paling lambat sejak Februari 2024 dan lebih baik dari ekspektasi yang memperkirakan tumbuh 2,6% yoy dari inflasi 2,9% pada Juli 2024.

Baca:
Menakar Bobot Kabinet Prabowo Vs Jokowi, Siapa Lebih 'Gemuk'?

IHK inti AS tidak terduga secara bulanan naik 0,3% dibandingkan ekspektasi sebesar 0,2%, sama seperti bulan sebelumnya. Meski demikian, dalam basis tahunan, inflasi inti masih mempertahankan 3,2% sesuai proyeksi pasar.

Sementara itu Kamis malam waktu Indonesia, indeks harga produsen (IHP) AS pada Agustus lalu naik 0,2%, dibandingkan dengan estimasi pertumbuhan 0,1%. Angka inti, yang tidak memperhitungkan harga pangan dan energi yang fluktuatif, naik 0,3%, lebih tinggi dari perkiraan 0,2%.

Secara terpisah, klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara mencapai 230.000 untuk minggu yang berakhir pada 7 September, sejalan dengan perkiraan pasar.

Kombinasi pasar tenaga kerja yang cukup stabil dan tren inflasi yang melandai semakin memperkecil kemungkinan Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) pada pekan depan.

Namun, pasar berharap The Fed minimal melakukan pemangkasan dengan soft landing. Menurut perhitungan CME FedWatch Tool, kini pasar melihat peluang pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 bp ke level 5,00%- 5,25% sebesar 50%.

Sementara itu, rupiah terpantau melemah sepanjang pekan lalu. Ini merupakan kinerja mingguan negatif pertama setelah enam pekan sebelumnya selalu menguat.

Melansir dari Refinitiv, mata uang Garuda ditutup pada level Rp15.395/US$, melemah 0,23% sepanjang pekan lalu. 

Indeks S&P 500 naik sedikit pada hari Senin karena para investor menunggu pertemuan kebijakan Federal Reserve yang sangat dinantikan, di mana para bankir sentral diperkirakan akan memangkas suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2020. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average naik ke level tertinggi sepanjang masa.

S&P 500 naik 0,13%, ditutup pada 5.633,09. Dow, yang terdiri dari 30 saham, naik 228,30 poin, atau 0,55%, berakhir di 41.622,08, mencatatkan penutupan rekor. Sementara itu, Nasdaq Composite, yang didominasi oleh saham teknologi, turun 0,52% menjadi 17.592,13.

Saham Apple turun 2,8% setelah para analis dari perusahaan-perusahaan seperti Bank of America dan JPMorgan mencatat bahwa waktu pengiriman yang lebih lama mungkin menunjukkan permintaan yang lebih rendah untuk model iPhone 16 Pro dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca:
Saham Perbankan Lagi 'Wangi' Jadi Incaran Asing Sepekan

Saham-saham semikonduktor seperti Nvidia, yang memimpin pemulihan pasar pekan lalu, melemah karena investor mengambil sebagian dari keuntungan mereka. Raksasa kecerdasan buatan ini turun hampir 2% pada hari Senin. Broadcom dan KLA Corporation masing-masing turun 2%, sementara Marvell Technology turun 1,5%.

S&P 500 sekarang kurang dari 1% dari rekor tertinggi bulan Juli dan mungkin mencapai level tertinggi sepanjang masa minggu ini. Setelah awal yang buruk di bulan September yang secara historis lemah, tiga indeks utama AS menutup sesi perdagangan pekan lalu dengan hijau, dengan S&P 500 dan Nasdaq mencatat minggu terbaik mereka di tahun 2024.

The Fed dijadwalkan bertemu Selasa dan Rabu dan diperkirakan akan menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak dimulainya siklus kenaikan suku bunga pada Maret 2022. Pemotongan minggu ini akan menjadi langkah penting, karena banyak investor berharap keputusan ini dapat menurunkan biaya pinjaman bagi perusahaan dan meningkatkan pertumbuhan pendapatan secara keseluruhan.

Suku bunga pinjaman overnight saat ini berada di kisaran 5,25% hingga 5,5%. Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan 63% bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin, menurut alat FedWatch CME Group yang mengukur data futures suku bunga dana Fed.

Sektor keuangan dan energi naik lebih dari 1% pada hari Senin, mengungguli pasar yang lebih luas, sementara sektor teknologi informasi turun hampir 1%, menjadi penurunan sektor terbesar hari itu.

Baca:
RI Dikelilingi Laut tapi Impor Garam Rp 1,35 T Setahun, Kok Bisa?

Banyak investor melakukan "profit-taking" atas keuntungan Big Tech selama setahun terakhir, terutama saham semikonduktor, kata Christopher Barto, analis investasi senior di Fort Pitt Capital.

Investor melihat "bukan rotasi penuh kepemimpinan pasar, tetapi area pasar lainnya mulai menggeliat, dan banyak hal tersebut berkaitan dengan pemotongan suku bunga yang akan segera terjadi," kata Barto.

Pasar keuangan Indonesia pekan ini akan diiringi oleh rilis neraca dagang beserta ekspor dan impor Indonesia. 

Neraca perdagangan diproyeksi masih berada di zona surplus periode Agustus 2024. Surplus kali ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya di tengah harga komoditas crude palm oil (CPO) yang meningkat.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesiadari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus 2024 akan mencapai US$1,82 miliar.

Baca:
Miris! Rakyat RI Miskin Gegara Air Galon, 3 Emiten Ini Malah Cuan Gila

Surplus tersebut naik dibanding Juli 2024 yang mencapai US$0,47 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus, Indonesia sudah membukukan surplus selama 52 bulan beruntun sejak Mei 2020.

Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor masih akan tumbuh 3,18% (year on year/yoy) sementara impor juga naik 7,82% yoy pada Agustus 2024.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia bahkan dapat menyentuh US$2,04 miliar pada Agustus 2024.

"Kami memproyeksikan bahwa neraca perdagangan Indonesia akan mencatat surplus yang lebih besar sebesar US$2,04 miliar pada Agustus 2024, meningkat dari US$0,47 miliar pada bulan sebelumnya, sejalan dengan penurunan impor bulanan yang lebih besar dibandingkan dengan ekspor," ujar Andry.

Bank Mandiri juga memperkirakan permintaan ekspor tetap positif, tumbuh sebesar 0,55% year on year/yoy atau -0,4% month on month/mom, didorong oleh permintaan yang kuat dari mitra dagang utama Indonesia (Uni Eropa/UE, ASEAN, Korea Selatan, dan China).

Selain itu harga komoditas CPO juga terpantau mengalami kenaikan sebesar 1,76% sepanjang Agustus 2024 dari sebelumnya MYR3.908/ton menjadi MYR3.977/ton pada akhir Agustus 2024.

Lebih lanjut, Kementerian Perdagangan menunjukkan Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk penetapan bea keluar (BK) dan tarif Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (tarif BLU BPDP-KS), atau dikenal sebagai Pungutan Ekspor (PE), periode 1-31 Agustus 2024 sebesar US$820,11/MT. Nilai ini meningkat sebesar US$19,37 atau 2,42% dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$800,75/MT. Hal ini tentu memberikan benefit bagi perusahaan CPO yang berorientasi ekspor.

Bank Mandiri juga berekspektasi bahwa pertumbuhan tahunan ekspor yang masih positif didukung oleh kenaikan harga CPO sebesar 5,6% yoy atau 1,2% mom pada Agustus 2024.

Baca:
Kelas Menengah RI Hidupnya Makin Susah Buktinya Ada di QRIS

Sedangkan dari sisi impor, diperkirakan masih tetap tumbuh namun cenderung lebih kecil mengingat harga minyak dunia yang terus mengalami penurunan bahkan hingga pertengahan September 2024.

Moderasi harga minyak global yang dipicu oleh sentimen negatif, terutama terkait dengan kekhawatiran akan permintaan minyak yang lebih lemah dari China, serta proyeksi harga yang lebih rendah dari OPEC dan EIA. Apresiasi rupiah sebesar 3,10% mom juga diharapkan berkontribusi pada pertumbuhan impor yang lebih rendah pada Agustus 2024.

Dengan kata lain, rendahnya harga minyak global disertai dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus menguat membuat biaya impor minyak global cenderung tidak cukup besar sehingga neraca dagang diperkirakan masih dapat memperpanjang tren surplus.

Rapat Dewan Gubernur BI Dimulai

Selanjutnya, Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa dan Rabu pekan ini. Hal yang ditunggu pelaku pasar yakni perihal suku bunga BI yang akan disampaikan Gubernur BI, Perry Warjiyo pada Rabu (18/9/2024).

Pelaku pasar saat ini masih cukup labil dengan ekspektasi BI rate kali ini. Sebagian berekspektasi bahwa BI akan menurunkan suku bunga bunganya di tengah inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang stabil dan terjaga. Namun sebagian lainnya berekspektasi bahwa BI tampak masih akan menahan suku bunganya di bulan ini.

Untuk diketahui, pada Agustus lalu BI kembali menahan suku bunganya pada level 6,25% pada Agustus 2024. Begitu juga dengan Deposit Facility dan Lending Facility.

The Fed Akan Segera Pangkas Suku Bunga

Kemudian pada Kamis (19/9/2024) dini hari waktu Indonesia, bank sentral AS (The Fed) akan merilis hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) termasuk suku bunga acuan The Fed dan Summary Economic Projections(SEP) yang berisi dot plot matrix.

Sebagai catatan, survei CME FedWatch Tool hingga saat ini pelaku pasar berekspektasi bahwa The Fed akan 100% memangkas suku bunga acuannya antara 25 basis poin (bps) atau 50 bps.

Hal ini sangat diharapkan pelaku pasar mengingat data inflasi produsen dan konsumen yang terus melandai, inflasi PCE yang sudah cukup rendah, hingga data ketenagakerjaan AS khususnya laju pengangguran yang tampak cukup tinggi.

Untuk diketahui, saat ini suku bunga The Fed berada di level 5,25-5,50%.

Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunganya, hal ini cenderung disambut positif oleh pelaku pasar khususnya dalam jangka panjang.

Tidak hanya Indonesia dan AS yang akan merilis suku bunga acuannya pekan ini, namun enam bank sentral lainnya juga akan merilis suku bunga acuannya, antara lain Brazil, Turki, Inggris, Afrika Selatan, Jepang, dan China.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rilis neraca dagang Indonesia (pukul 11.00 WIB)
  • Rilis ekspor dan impor Indonesia (pukul 11.00 WIB)
  • Penjualan Ritel Amerika Serikat (pukul 19.30 WIB)
  • Bank Indonesia akan menggelar RDG selama dua hari (17-18 September 2024)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • RUPSLB: BEEF, HRUM

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Next Page Jelang Rapat The Fed Wall Street Kompak Menguat
Pages Next