Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, disebut membuka pintu perundingan baru denganAmerika Serikat soal pengembangan program nuklir.

Hal ini disampaikan Khamenei untuk memberikan arahan dan "red line" bagi kepemimpinan Iran di bawah presiden baru, Masoud Pezeshkian.

Lihat Juga : Israel Mulai Gempur Tepi Barat Palestina, Terbesar Sejak Intifada II

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita tidak perlu menaruh harapan pada musuh. Untuk rencana kita, kita tidak boleh menunggu persetujuan musuh," kata Khamenei dalam sebuah pernyataan video.

"Tidaklah bertentangan untuk melawan musuh yang sama di beberapa tempat, tidak ada penghalang," imbuhnya, dilansir Arab News.

Dia juga memperingatkan kepada Kabinet Pezeshkian untuk "tidak mempercayai musuh".

Sejauh ini Kementerian Luar Negeri AS belum memberikan komentar atas pernyataan Khamenei. Namun sumber menyebut telah terjadi pembicaraan tidak langsung antara Iran dan AS dalam beberapa tahun terakhir, yang dimediasi Oman dan Qatar.

Sejak Kesepakatan Nuklir Iran 2015 gagal, Teheran telah mengabaikan semua batasan pengayaan nuklir dan memperkaya uranium hingga mencapai kemurnian 60 persen. Untuk menjadi senjata, pengayaan uranium harus mencapai tingkat 90 persen.

Opsi pembukaan dialog Iran-AS ini muncul di tengah ketegangan antara Iran dengan Israel buntut kematian pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh. AS mengirim kapal induk ke wilayah Timteng, untuk menghalangi Iran melakukan serangan balas dendam ke Israel.