bgibola 1 live

cincinslot - Cobaan Belum Usai! Inflasi Global Rawan Naik Lagi, Awas Gejolak Pasar

2024-10-08 02:01:22

cincinslot,kingtoptoto wap,cincinslot
  • Pasar masih dibayangi ketidakpastian ekonomi dari memanasnya konflik di Timur Tengah
  • Aibat konflik yang terus memuncak, harga minyak mentah melesat meningkatkan risiko inflasi
  • Sementara itu, pasar menantikan data tenaga kerja Amerika Serikat yakni non farm payroll dan pengangguran

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia menuju pekan terburuk sejak beberapa bulan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menuju kinerja mingguan terburuk sejak Juni 2024, sedangkan rupiah merosot dalam setelah April 2024.

Pasar saham maupun rupiah dihantui beragam sentimen negatif yang datang dari luar negeri. Paling utama adalah perang rudal antara Iran dan Israel yang meningkatkan risiko ketidakpastian di pasar.

Baca:
Harga Metal Naik Buat Saham ANTM MDKA Atraktif. Begini Prospeknya!

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis (3/10/2024), terbebani oleh sentimen global yang cenderung memburuk.

Hingga akhir perdagangan, IHSG melemah 0,26% ke posisi 7.543,83. IHSG masih bertahan di level psikologis 7.500. Pada perdagangan pekan ini, indeks acuan utama telah merosot 1,99%.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 12 triliun dengan melibatkan 21 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 284 saham terapresiasi, 296 saham terdepresiasi dan 216 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi yang paling parah koreksinya dan membebani IHSG paling besar yakni mencapai 1,11%.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah keok lagi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menandai empat hari beruntun mata uang Garuda dalam tren pelemahan.

Melansir Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp 15.415/US$ pada Kamis (3/10/2024), melemah 1,02% dari sehari sebelumnya. Pelemahan ini menjadikan rupiah berada di posisi paling lemah sebulan lalu atau tepatnya, 12 September 2024. Selama perdagangan pekan ini mata uang Garuda telah anjlok 1,95%.

Pergerakan IHSG dan rupiah melemah terutama terkait dengan kondisi Timur Tengah yang masih panas dan menciptakan ketidakpastian.

Baca:
Cuma China Berani Lawan AS, Malaysia Sampai RI Takluk Berjamaah

Iran pada awal bulan ini melancarkan serangan rudal besar-besaran ke Israel yang langsung dibalas dengan janji balasan dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar akan lonjakan harga minyak dunia, yang dikhawatirkan akan naik tajam jika serangan berlanjut ke ladang minyak Iran.

Ketika harga minyak menguat, inflasi berpotensi meningkat. Ujungnya adalah kebijakan moneter yang mulai longgar bisa jadi akan ketat lagi. Era suku bunga tinggi mungkin saja akan bertahan lebih lama. Hal tersebut yang tidak diinginkan oleh para investor, tercermin dari depresiasi di pasar keuangan.

Selain itu, pasar juga menantikan data Non-Farm Payrolls(NFP) AS pada esok hari. Konsensus berada di angka 142K, menandakan potensi perlambatan di sektor pekerjaan. 

Sebelumnya, Chairman bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell mengisyaratkan pemangkasan suku bunga akan berlanjut sampai akhir tahun. Namun, pemangkasan akan dilakukan secara bertahap dan tidak akan mencapai 50 basis points (bps) masing-masing di November dan Desember.

Powell menjelaskan jika ekonomi berjalan sesuai ekspektasi, kemungkinan akan ada dua pemotongan suku bunga lagi tahun ini dengan total 50 bps. Artinya, suku bunga kemungkinan akan dipangkas sebesar 25 bps masing-masing pada November dan Desember.

Pernyataan Powell mengecewakan pelaku pasar yang berharap The Fed akan tetap agresif dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan datang dengan memangkas 50 bps.

Pasar saham jatuh pada hari Kamis karena kekhawatiran tentang ketegangan di Timur Tengah membuat para investor cemas menjelang laporan penggajian bulan September.

Dow Jones Industrial Average turun 184,93 poin, atau 0,44%, berakhir di 42.011,59. S&P 500 kehilangan 0,17% dan ditutup pada 5.699,94. Sementara Nasdaq Composite turun 0,04% menjadi 17.918,48, dengan reli lebih dari 3% pada saham Nvidia menahan tekanan penurunan.

Baca:
5 Tanda Ekonomi RI Lagi Gawat, Bikin Ngeri

Perdagangan di bulan Oktober dimulai dengan kondisi yang goyah akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, yang melemahkan antusiasme investor. Setelah saham-saham jatuh pada hari Selasa ketika Iran meluncurkan serangan rudal terhadap Israel, investor kini bersiap menghadapi ketidakpastian lebih lanjut karena Israel memulai operasi darat ke Lebanon.

**Futures minyak mentah AS** naik lebih dari 5%, mendorong kenaikan mingguan menjadi lebih dari 8%, karena meningkatnya kekhawatiran terkait Timur Tengah mendorong harga naik.

Saham-saham energi bergerak naik bersamaan, dengan sektor energi dalam **S&P 500** naik sekitar 5,9% dalam seminggu ini. Sektor ini sedang menuju minggu terbaiknya dalam lebih dari setahun.

Namun, energi menjadi salah satu dari sedikit sektor yang cerah di pasar yang suram pada hari Kamis. Hampir 4 dari 5 anggota S&P 500 mengalami penurunan. Saham-saham perusahaan kecil juga kesulitan, dengan Russell 2000 turun 0,7%.

Baca:
8 Anggota DPR Berusia di Bawah 30 Tahun: Verrel Bramasta - Annisa

Dengan pergerakan hari Kamis, tiga indeks utama diproyeksikan mencatat kerugian minggu ini. Dow dan S&P 500 masing-masing turun 0,7%, sementara Nasdaq tampaknya akan mengakhiri minggu dengan penurunan 1,1%.

Hal ini menandai perubahan setelah tiga kuartal yang kuat, di mana Bespoke Investment Group menemukan bahwa tahun 2024 mengalami kenaikan terbesar dalam sembilan bulan pertama sejak 1997.

"Kami sudah memiliki tahun yang fantastis sejauh ini," kata Mike Dickson, kepala penelitian dan strategi kuantitatif di Horizon Investments. Namun, "masih ada beberapa tantangan yang menghadang."

Klaim pengangguran mingguan sedikit lebih tinggi daripada yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh **Dow Jones**, menurut data yang dirilis Kamis. Hal ini memberikan petunjuk tentang kesehatan pasar tenaga kerja saat para pedagang bersiap untuk laporan penggajian bulan September yang sangat ditunggu pada Jumat pagi.

Pada hari terakhir perdagangan pekan ini, investor masih saja dibuat was-was karena data-data penting ketenagakerjaan Amerika Serikat.

Sementara risiko ketidakpastian ekonomi masih terus berlanjut karena tensi antara Iran dan Israel terus memanas.

Klaim data pengangguran Amerika Serikat (AS), untuk pekan yang berakhir 28 September 2024, meningkat dibandingkan pekan sebelumnya dan lebih tinggi dari perkiraan.

Baca:
5 Tanda Ekonomi RI Lagi Gawat, Bikin Ngeri

Klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara meningkat sebanyak 6.000 minggu lalu menjadi 225.000 yang disesuaikan secara musiman untuk minggu yang berakhir pada tanggal 28 September. Ekonom yang disurvei oleh Reuterstelah memperkirakan 220.000 klaim untuk minggu terakhir.

Klaim yang belum disesuaikan turun 1.066 menjadi 180.647 minggu lalu. Namun, penurunan tersebut lebih kecil dari penurunan 5.692 yang diantisipasi oleh model yang digunakan pemerintah untuk menghilangkan fluktuasi musiman dari data.

Akibatnya, klaim yang disesuaikan secara musiman meningkat. Hanya Michigan yang melaporkan pengajuan di atas 1.000 minggu lalu.

Klaim keseluruhan berada pada tingkat yang konsisten dengan pasar tenaga kerja yang stabil, yang ditopang oleh rendahnya angka PHK.

"Saat ini, pasar tenaga kerja tampak kokoh dan ekonomi tampaknya hampir jatuh ke jurang resesi," kata Christopher Rupkey, kepala ekonom di FWDBONDS. "Pejabat Fed tidak mungkin terburu-buru memangkas suku bunga secara agresif kecuali jika pasar tenaga kerja semakin memburuk."

Klaim pengangguran ASFoto: Refinitiv
Klaim pengangguran AS

Kemudian dilanjutkan data on-Farm Payrolls AS pada esok hari (4/10/2024). Konsensus berada di angka 142.000, menandakan potensi perlambatan di sektor pekerjaan.

Tingkat pengangguran yang diproyeksikan stabil di 4.2%, serta pertumbuhan gaji per jam yang diantisipasi melemah, menjadi penentu apakah Federal Reserve akan melunak di pertemuan berikutnya.

Data tenaga kerja sangat penting bagi para pelaku pasar untuk memperkirakan langkah selanjutnya dari bank sentral AS The Federal reserve atau The Fed setelah  Chairman  Jerome Powell mengisyaratkan pemangkasan suku bunga akan berlanjut sampai akhir tahun.

Baca:
RI Ketiban Durian Runtuh dari Barang Kesayangan Nyi Roro Kidul

Namun, pemangkasan akan dilakukan secara bertahap dan tidak akan mencapai 50 basis points (bps) masing-masing pada November dan Desember.

Pernyataan Powell mengecewakan pelaku pasar yang berharap The Fed akan tetap agresif dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan datang dengan memangkas 50 bps.

Perangkat CME FedWatch memperlihatkan sebanyak 47,9% pelaku pasar berekspketasi suku bunga Teh Fed sudah di angka 4,00-4,25% pad Desember mendatang. Artinya, mereka berharap ada pemangkasan sebesar 75 bps.

Sementara itu pasar masih memiliki risiko dari lanjutan konflik antara Iran dan Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah bahwa Iran akan "membayar mahal" atas serangan misil yang dilancarkan terhadap Israel pada Selasa (1/10/2024) malam. Di sisi lain, Teheran menegaskan bahwa setiap pembalasan akan disambut dengan "kehancuran besar," meningkatkan kekhawatiran akan pecahnya perang yang lebih luas di Timur Tengah.

Tensi yang panas di Timur Tengah mendapatkan perhatian dari Dana Moneter Internasional (IMF). Lembaga keuangan dunia tersebut mengatakan bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah dapat memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi kawasan tersebut dan ekonomi global. 

Juru bicara IMF, Julie Kozack, dalam jumpa pers rutin mengatakan bahwa lembaga keuangan global yang berbasis di Washington tersebut tengah memantau situasi di Lebanon selatan dengan "keprihatinan mendalam" dan menyampaikan belasungkawa atas hilangnya nyawa.

"Potensi eskalasi lebih lanjut dari konflik ini meningkatkan risiko dan ketidakpastian serta dapat memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi kawasan dan dunia," kata Kozack.

Dia menambahkan bahwa masih terlalu dini untuk memprediksi dampak spesifik pada ekonomi global, tetapi mencatat bahwa ekonomi di wilayah tersebut telah sangat terpukul, terutama di Gaza, di mana penduduk sipil "menghadapi kondisi sosial-ekonomi yang sangat buruk, krisis kemanusiaan, dan bantuan yang tidak mencukupi."

IMF memperkirakan PDB Gaza turun 86% pada paruh pertama tahun 2024, kata Kozack, sementara PDB Tepi Barat kemungkinan turun 25% pada paruh pertama, dengan prospek memburuk lebih lanjut.

PDB Israel menyusut sekitar 20% pada kuartal keempat tahun 2023 setelah konflik dimulai, dan negara itu hanya mengalami pemulihan sebagian pada paruh pertama tahun 2024, tambahnya.

Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar akan lonjakan harga minyak dunia, yang dikhawatirkan akan naik tajam jika serangan berlanjut ke ladang minyak Iran.

Ketika harga minyak menguat, inflasi berpotensi meningkat. Ujungnya adalah kebijakan moneter yang mulai longgar bisa jadi akan ketat lagi. Era suku bunga tinggi mungkin saja akan bertahan lebih lama. Hal tersebut yang tidak diinginkan oleh para investor, tercermin dari depresiasi di pasar keuangan.

Berdasarkan data Refintiv pada perdagangan Jumat (4/10/2024) pukul 4.00 WIB harga minyak mentah Brent tercatat melonjak 4,84% ke US$77,49 per barel. Sementara acuan West Texas Intermediate (WTI) terbang 5,01% ke US$73,61 per barel.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Non Farm Payrolls (pukul 19.30 WIB)
  2. Pengangguran Amerika Serikat (pukul 19.30 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB): DEAL, FILM
  2. Stock Split: MSIN

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan:Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Next Page a
Pages Next