bgibola 1 live

angka mistik macau - BUMN Ini Sulap Rugi Jadi Untung

2024-10-08 05:51:51

angka mistik macau,joão félix stats,angka mistik macau

Jakarta, CNBC Indonesia- Holdingisasi, merger, perubahan model bisnis, hingga pengembang sumber daya manusia, berdampak besar terhadap kinerja perusahaan pelat merah di era pemerintahan Jokowi. 

Saat ini sebanyak 80% badan usaha milik negara (BUMN) berhasil mencetak laba. Bandingkan dengan 2019, sebelum pemerintah agresif melakukan holdingisasi, 60% perusahaan pelat merah dalam kondisi rugi.

Berdasarkan data dari Kementerian BUMN, total laba yang berhasil dibukukan oleh gabungan perusahaan pelat merah secara tahunan saat ini sudah mencapai angka Rp 327,12 triliun, angka ini naik 5,9% secara tahunan (yoy). Jika dibandingkan dengan 2019, capaian ini naik hampir 100%.

Laba perusahaan BUMN ditopang oleh pertumbuhan aset dan pendapatan pada 2023. Pendapatan senilai Rp 2.932,64 triliun, naik 0,46% dari periode sebelumnya yang ada di angka Rp 2.918,97 triliun. Lalu aset gabungan perusahaan BUMN tembus Rp 10.401,5 triliun, naik 6,26% yoy.

Salah satu BUMN yang berhasil menyulap rugi menjadi laba adalah Holding Perkebunan Nusantara PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Dalam tiga tahun terakhir, holding mencetak akumulasi laba Rp 11,7 triliun.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Mohammad Abdul Ghani mengatakan bahwa perusahaan telah melakukan transformasi sejak 2020. Buah dari transformasi tersebut terlihat dari perjalanan laba.

Laba yang dikantongi PTPN pada 2021 Rp 4,66 triliun, lalu pada 2022 Rp 6,02 triliun, dan Rp 1,02 triliun pada 2023. Sebelumnya PTPN sempat menjadi sorotan setelah mencetak rugi dan utang membengkak. Pada 2020, PTPN membukukan rugi bersih Rp 1,14 triliun dan utang lebih dari Rp 40 triliun.

Penandatanganan akta merger dan spin off pembentukan sub holding palm co. (Dok. PTPN)Foto: Penandatanganan akta merger dan spin off pembentukan sub holding palm co. (Dok. PTPN)
Penandatanganan akta merger dan spin off pembentukan sub holding palm co. (Dok. PTPN)

Ghani mengatakan bahwa saat ini PTPN telah menyelesaikan utang sebesar Rp 18 triliun yang terdiri dari kewajiban kepada perbankan Rp 11,3 triliun, utang hari tua Rp 3,7 triliun, dan iuran pensiun Rp 3 triliun.

"Jadi nanti tahun 2026 PTPN pasti akan meloncat baik dari sisi laba maupun cash flow. Jadi insya Allah tahun depan kita sudah selesai urusan dengan karyawan, kemudian urusan tentang pensiun dan sebagainya," kata Ghani, dikutip Minggu (29/9/2024).

Sementara itu, Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney mencatat laba bersih sebesar sebesar Rp 1,1 triliun sepanjang tahun 2023. Capaian tersebut melonjak hingga 211%, dibandingkan tahun 2022 yang mengalami rugi Rp 993 miliar.

Pilihan Redaksi
  • InJourney Poles Candi Borobudur Biar Jadi Destinasi Kelas Dunia
  • Fokus EBT, PTPN III Bakal Bangun Pabrik ke-2 Untuk Produksi Etanol
  • Sektor Tambang RI Diakui Pengaruhnya di Mata Dunia

Sebagai informasi, Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung resmi terbentuk pada awal 2022. Sebelum holding terbentuk pada 2021 InJourney mengalami kerugian Rp 7,53 triliun dan setahun setelahnya rugi Rp 993 miliar.

Sejumlah catatan penting berhasil dibukukan oleh InJourney di tahun 2023. Salah satunya adalah revitalisasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang mana wajah baru TMII telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 1 September 2023. Selain itu, InJourney juga telah melakukan revitalisasi Grand Inna Bali Beach serta melakukan pengembangan KEK Sanur di Bali menjadi world class medical and wellness tourism destination. Selain Sanur, InJourney juga melakukan pengembangan The Golo Mori yang terletak di Desa Golo Mori, Manggarai Barat, NTT sebagai "Sustainable Marine-Based MICE Tourism Destination"

Menjelang berakhirnya tahun 2023 lalu, InJourney meluncurkan dua sub holding di bidang industri aviasi yakni InJourney Airports dan InJourney Aviation Services, sebagai langkah transformasi di industri aviasi dan kebandarudaraan. InJourney Group selanjutnya akan fokus pada proses integrasi bandara untuk menciptakan standar pelayanan yang berkualitas sesuai dengan amanah dari pemerintah.

Kemudian pada September 2024 diresmikan penggabungan dua perusahaan besar pengelola bandar udara di Indonesia, yaitu PT Angkasa Pura I (AP I) dan PT Angkasa Pura II (AP II). Penggabungan ini telah berjalan dengan lancar dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ke dalam satu entitas yakni PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports.

Dengan adanya konsolidasi ini InJourney Airports dapat menangani lebih dari 170 juta penumpang per tahun dan akan berada di urutan kelima perusahaan operator bandara terbesar di dunia. Dengan adanya penggabungan ini, bandara yang dikelola InJourney akan menjadi salah satu dari 5 operator bandar udara terbesar di dunia.

Bandara Internasional Soekarno-Hatta. (Dok. InJourney)Foto: Bandara Internasional Soekarno-Hatta. (Dok. InJourney)
Bandara Internasional Soekarno-Hatta. (Dok. InJourney)

Direktur Utama InJourney, Dony Oskaria mengatakan untuk menyiapkan penggabungan tersebut, perusahaan sudah melakukan proses penyelarasan standar operasional prosedur (SOP), sistem IT, sistem keuangan, hingga operasional bandara yang mana prosesnya telah berlangsung sejak tahun lalu. InJourney Airports diharapkan dapat menjadi perusahaan pengelola bandara yang mengacu pada best practicedi dunia.

"Penggabungan ini telah berjalan lancar sesuai dengan tujuan Pemerintah untuk meningkatkan sektor aviasi dan kebandarudaraan Indonesia menjadi 5 top global airports operator. Terlebih penggabungan ini sudah masuk dalam Program Strategis Nasional (PSN) yang telah disetujui oleh pemerintah dalam rangka peningkatan konektivitas udara untuk mendukung pertumbuhan industri pariwisata," jelas Dony.

Ekonom Ryan Kiryanto mengatakan bahwa holdingisasi menjadi instrumen untuk memperbaiki fundamental perusahaan pelat merah. Sejauh ini, aksi korporasi tersebut telah berhasil memberikan dampak positif.

Holdingisasi telah membuat anggotanya bergerak selaras untuk mencapai tujuan bersama. Kinerja PTPN dan InJourney dalam tiga tahun terakhir menjadi satu bukti nyata.

Oleh karena itu dia mengingatkan agar holdingisasi menjadi awal mula dari optimalisasi kinerja BUMN ke depan. "Proses ini tidak boleh berhenti. Kalau sudah berhasil jangan cepat puas diri, jadi harus continue improvement. Perbaikan berkelanjutan atau tiada henti," kata Ryan.


(mkh/mkh) Saksikan video di bawah ini:

Video: Peran MIND ID Dorong Implementasi Bisnis Tambang Berkelanjutan

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Holdingisasi Bikin Kontribusi BUMN ke Negara Makin Besar