bgibola 1 live

data keluaran singapura 2022 - Kisah Perang Saudara di Tetangga RI, Diculik Junta

2024-10-07 23:53:54

data keluaran singapura 2022,data morocco 18,data keluaran singapura 2022

Jakarta, CNBC Indonesia- Setelah serangkaian kekalahan yang memalukan, junta militer di Myanmar mulai merekrut pemuda untuk bertugas di garis depan dengan paksaan. Tak sedikit pemuda yang diculik dari tempat tidur, hingga nasibnya tak diketahui para keluarga.

Than Htun, berusia 29 tahun, adalah salah satu korbannya. Kakak perempuannya, Khin May, mengatakan para pria dari junta militer datang ke rumahnya di Yangon untuk membawa Than Htun pergi.

"Dia tidak bisa menyiapkan apa pun. Mereka hanya memerintahkannya untuk membawa kartu identitas nasionalnya, salinan pendaftaran sensusnya, dan dua set pakaian," kenang Khin May, seperti dikutip dari TheGuardian, Selasa (1/10/2024).

Baca:
Lebanon Makin Bahaya, Ramai-Ramai Negara Maju Evakuasi Warganya

Kelompok tentara dan pejabat setempat secara paksa merekrut Than Htun ke dalam militer Myanmar. Ia akan dipaksa bertempur untuk junta, yang sangat dibenci negara itu, dalam perang sengitnya melawan pejuang pro-demokrasi dan kelompok etnis bersenjata.

Para tentara meyakinkan keluarga Than Htun, dengan mengatakan bahwa ia akan dikirim untuk mengikuti pelatihan dan kemudian kembali ke Yangon untuk bekerja sebagai penjaga keamanan. "Bagi kami, sungguh melegakan mendengar hal itu," kata Khin May.

Namun itu tidak benar. Sebaliknya, ia dikirim ke negara bagian Rakhine di perbatasan barat, pusat dari beberapa pertempuran terburuk, di mana militer berusaha keras untuk menahan Tentara Arakan, anggota Aliansi Persaudaraan.

Than Htun akan menelepon keluarganya setiap kali ia mendapat sinyal telepon. Kakaknya mengingat setiap percakapan dengan adiknya tersebut.

Baca:
Israel Siapkan Serangan Besar, Pasukan Lebanon Mundur dari Perbatasan

Khin May menyebut awalnya Than Tun ditugaskan sebagai penjaga keamanan di daerah pusat kota ibu kota negara bagian, Sittwe. Kemudian, ia memberi tahu mereka, ia diminta untuk naik kapal ke Maungdaw di utara Rakhine, meskipun badai dahsyat membuat mereka terdampar di tengah laut, mencegah mereka melanjutkan perjalanan.

"Makanan telah habis dan mereka terpaksa minum air hujan," katanya.

Pada akhir Juli, Than Htun menelepon lagi suatu malam untuk mengatakan bahwa ia harus naik speedboat ke Maungdaw. "Itu adalah panggilan telepon terakhirnya kepada kami. Kami tidak dapat menghubunginya sejak saat itu," kata Khin May.

Keluarga-keluarga dari seluruh negeri telah menceritakan kepada Observer bagaimana orang-orang yang mereka cintai telah diculik dari rumah mereka dan dipaksa untuk mendaftar, atau diambil dari jalanan oleh tentara.

Saw John adalah pemuda lain yang diculik dari rumahnya. Ia bekerja sebagai pengantar makanan dengan sepeda dan menjadi satu-satunya pencari nafkah di rumah yang ia tinggali bersama orang tuanya yang sudah lanjut usia. Ia dibawa ke kantor polisi karena menolak wajib militer, kemudian dibawa ke pusat interogasi dan kemudian dibawa ke kamp pelatihan di negara bagian Shan.

Orang tuanya dijanjikan dukungan, tetapi tidak pernah terwujud. Karena tidak mampu membayar sewa, mereka diusir oleh pemilik rumah. Ibu Saw John pun dikabarkan telag meninggal pada akhir Agustus.

"Menurut saya, dia meninggal karena tekanan mental setelah kehilangan kontak dengan putranya," kata teman dekatnya Win Khaing. "Setelah putra mereka ditangkap, mereka hampir tidak pernah berbicara satu sama lain. Saya harus terus mengawasi mereka di malam hari, selama sebulan, karena saya khawatir mereka akan mencoba bunuh diri."

Win Khaing merasa marah, katanya. "Tetapi saya tidak bisa berbuat apa-apa karena saya hanya manusia. Saya tidak bisa melindungi diri dari senjata api. Saya tidak ingin disiksa oleh tentara."

Baca:
Erdogan Ngamuk Israel Bombardir Lebanon, Tuntut PBB Kerahkan Pasukan

UU Wajib Militer

Junta Myanmar menerapkan undang-undang wajib militer untuk pertama kalinya tahun ini.

Sejak April, ketika militer memulai proses wajib militer yang sebenarnya, yang diwajibkan pada Februari bagi pria berusia 18-35 tahun. Diyakini 25.000 orang telah dibawa ke kamp pelatihan dan 5.000 dari pria ini telah dikerahkan ke garis depan.

Militer mengatakan pihaknya bermaksud merekrut hingga 60.000 orang pada akhir tahun, sementara media yang dikendalikan rezim mengatakan hal ini akan membantu junta militer melenyapkan lawan-lawannya, yang dianggap sebagai teroris, yang mengganggu stabilitas negara.

Bagi militer, yang menghadapi kekurangan tenaga kerja yang parah setelah serangkaian kekalahan dan pembelotan yang memalukan, undang-undang wajib militer dapat menjadi sangat penting bagi kelangsungan hidupnya.

Lebih dari tiga tahun setelah merebut kekuasaan melalui kudeta, menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi, mereka tidak dapat menghentikan kelompok bersenjata yang menentang kekuasaannya dan kehilangan kendali atas wilayah di sepanjang perbatasan.

Wajib militer ini telah menimbulkan teror di seluruh negeri. Warga yang mampu langsung melarikan diri, menjual semua yang mereka miliki, hingga berutang untuk membiayai pelarian mereka. Antrean mengular hingga berjam-jam di luar kedutaan.

Yang tidak bisa keluar negeri biasanya akan melakukan perjalanan ke wilayah-wilayah Myanmar yang dikuasai kelompok oposisi.

Sementara orang-orang yang tinggal di kota-kota yang dikuasai militer seperti Yangon hidup dengan rasa takut yang terus-menerus, membayar suap kepada pejabat setempat agar tidak wajib militer.

Kekalahan militer meningkat sejak Oktober tahun lalu, ketika koalisi yang dikenal sebagai Aliansi Persaudaraan melancarkan serangan mendadak di negara bagian Shan utara.

Baca:
Mencekam! Potret Bandara Beirut Jadi Sasaran Bombardir Militer Israel

Militer sudah berjuang untuk mengendalikan kelompok antijunta - yang disebut pasukan pertahanan rakyat - yang dibentuk oleh warga sipil setelah kudeta untuk menentang kediktatoran, sering kali dengan dukungan dari beberapa faksi bersenjata etnis yang lebih mapan yang telah lama berjuang untuk kemerdekaan yang lebih besar.

Masuknya Aliansi Persaudaraan ke dalam konflik ini semakin memperparah keadaan militer . Selama beberapa bulan berikutnya, ribuan personel militer, termasuk seluruh batalyon, dilaporkan telah menyerah.


(luc/luc) Saksikan video di bawah ini:

Video: Zionis Menggila, Situs Warisan Dunia Terancam Hancur

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Perang Saudara di Tetangga RI, Jenderal Hilang-Negara Terancam 'Gelap'