Jakarta, CNBC Indonesia- Aktivitas sektor manufaktur negara Asia Tenggara (ASEAN) tengah mengalami tekanan dan sejumlah negara termasuk Indonesia mengalami kontraksi.

Rilis S&P Global per September 2024,mencatat PMI Manufaktur ASEAN berada di angka 50,5 atau lebih rendah dibandingkan Bulan sebelumnya yang sebesar 51,1. Dimana Indonesia, Malaysia, Singapura Hingga Myanmar dan Vietnam mengalami kontraksi meski Filifina masih bertahan di zona ekspansif dengan PMI Manufaktur mencapai 53,7.

Mengkonfirmasi tekanan sektor manufaktur, Wakil Ketua Apindo DKI Jakarta, Nurjaman mengungkapkan adanya kontraksi industri manufaktur. Hal ini terjadi seiring dengan kondisi tekanan daya beli di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) hingga alas kaki yang juga merambat ke sektor lain yang terkait.

Diharapkan era pemerintahan baru Prabowo mampu mengatasi berbagai persoalan manufaktur termasuk mengatasi persoalan gempuran barang impor di pasar dalam negeri.

Seperti apa tekanan bisnis yang dialami industri manufaktur RI? Selengkapnya simak dialog Anneke Wijaya dengan Wakil Ketua Apindo DKI Jakarta, Nurjaman dan Ekonom INDEF, Ahmad Heri Firdaus dalam Profit, CNBC Indonesia (Kamis, 03/10/2024)