bgibola 1 live

1000 mimpi 39 - Indonesia Lama Dijajah Belanda, Tapi Kenapa Tidak Bisa Bahasanya?

2024-10-08 02:00:12

1000 mimpi 39,pengeluaran pk 888 hari ini 2022,1000 mimpi 39Jakarta, CNN Indonesia--

Indonesia tercatat pernah dijajah oleh enam negara. Negara-negara tersebut adalah Portugis, Prancis, Jepang, Belanda, Spanyol, dan Inggris.

Namun, dari keenam negara di atas, Belanda menjadi negara yang paling lama menjajah Indonesia. Dilansir CNN, negara berjuluk Tanah Rendah itu pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun.

Meski pernah dijajah lama oleh Belanda, penduduk Indonesia jarang sekali ada yang bisa berbahasa Belanda. Padahal, lamanya waktu Belanda menjajah Indonesia seharusnya membuat penduduk Indonesia beradaptasi dengan bahasa mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut merupakan alasan mengapa penduduk Indonesia tidak bisa berbahasa Belanda meski pernah dijajah lama oleh negara tersebut.

Dilarang oleh pribumi

Saat Belanda masih menjajah Indonesia, ada banyak orang Belanda yang menggunakan bahasa Belanda untuk berkomunikasi sehari-hari, terutama mereka yang tinggal di ibu kota Batavia. Mereka menggunakan bahasa Belanda untuk berkomunikasi kepada kolega senegara maupun kepada penduduk Indonesia.

Namun, banyaknya orang Belanda yang menggunakan bahasa asli mereka di Indonesia tidak lantas membuat para pribumi terpapar oleh bahasa Belanda. Sebab, dilansir The Low Countries, masyarakat pribumi Indonesia sangat teguh memegang bahasanya sendiri.

Lihat Juga :
5 Negara yang Menggunakan Bahasa Jawa

Saat itu, mereka melarang penggunaan bahasa Belanda. Mereka lebih memilih menggunakan bahasa Melayu ketimbang bahasa Belanda. Sebab, saat itu, masyarakat pribumi menganggap bahwa bahasa Melayu sebagai bahasa ibu yang sudah mengakar kuat di Indonesia.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Saat menjajah Indonesia, Belanda sejatinya sudah menerapkan kebijakan yang mewajibkan bahasa Belanda untuk dipelajari di sekolah-sekolah. Contohnya saja di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah setempat khusus anak-anak kaum elite.

Namun, penduduk pribumi sayangnya tidak mendapat kesempatan untuk mempelajari bahasa Belanda di sekolah. Sebab, saat itu sekolah yang berdiri di Indonesia kebanyakan hanya dikhususkan untuk kaum elite.

Lihat Juga :
Kenapa Netherland Disebut sebagai Belanda di RI?

Dilansir The Low Countries, sekolah-sekolah tersebut tidak memperbolehkan penduduk pribumi yang kebanyakan merupakan anak kelas bawah untuk bersekolah.

Seorang Profesor asal Prancis, George-Henri Bousquet, dalam bukunya yang berjudul A French View of the Netherlands Indies (judul asli La politique musulmane et coloniale des Pays-Bas) mengatakan, kebijakan Belanda terkait pelajaran bahasa Belanda yang harus dipelajari di tiap sekolah di Indonesia merupakan senjata makan tuan.

Sebab, ia menilai kebijakan tersebut malah gagal menginternalisasikan bahasa Belanda kepada penduduk pribumi. Bahasa Belanda tetaplah menjadi bahasa bagi kaum elite yang kebanyakan bukan berasal dari Indonesia, melainkan dari Belanda itu sendiri.

"Lima puluh tahun kemudian bahasa Belanda tidak lagi memainkan peran sosial apa pun di wilayah yang telah menjadi wilayah Belanda selama lebih dari 300 tahun," ungkap Bosquet dalam bukunya.

Keberadaan bahasa Belanda makin pudar

Keberadaan bahasa Belanda kian tergerus saat Jepang datang menjajah Indonesia pada 1942. Kemudian, pada era 1970-an, bahasa Belanda sudah makin pudar dari ingatan penduduk Indonesia.

Lihat Juga :
6 Negara yang Pernah Menjajah Indonesia, Belanda hingga Jepang

Pada 70-an, penduduk Indonesia malah berangsur-angsur mengenal bahasa Inggris. Bahkan, pada era ini, bahasa Inggris sudah berangsur-angsur mencampuri bahasa Indonesia. Sebab, ada banyak kosakata bahasa Indonesia yang saat itu mulai diadaptasi dari kosakata bahasa Inggris.

Contohnya saja, seperti kata diskon yang berasal dari kata discount dan kata londri yang berasal dari kata laundry. Semua kosakata tersebut merupakan kosakata serapan dari bahasa Inggris.

Sebetulnya, ada juga kosakata bahasa Indonesia yang diadaptasi dari bahasa Belanda. Beberapa di antaranya, seperti kata handuk yang berasal dari kata handdoek.

Namun, dilansir The Low Countries, jumlah kosakata bahasa Indonesia yang diadaptasi dari kosakata bahasa Belanda tidak sebanyak yang diadaptasi dari bahasa Inggris.

Meski penduduk Indonesia jarang ada yang bisa berbahasa Belanda, lain halnya dengan Raden Ajeng Kartini. Ia mahir menggunakan bahasa Belanda dan bahasa asing lainnya. Namun, RA Kartini merupakan sebuah pengecualian.

Sebab, saat Belanda menjajah Indonesia, RA Kartini berstatus sebagai kaum elit. Ia merupakan anak dari Bupati Jepara. Oleh karena itu, ia bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar bahasa Belanda dengan baik di sekolah. Ditambah lagi, ia merupakan seorang perempuan yang punya kecerdasan tinggi dalam bidang bahasa.