bgibola 1 live

ladangmas - Sepatu Tua Paus Fransiskus dan Pesan untuk Mereka yang Terpinggirkan

2024-10-08 00:24:44

ladangmas,gopay25,ladangmasCatatan:Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.comJakarta, CNN Indonesia--

Pekan ini, Paus Fransiskus tiba di Indonesia dalam kunjungan ziarah yang akan membawanya ke Singapura, Timor Leste, dan Papua Nugini.

Makna penting perjalanan ini terletak pada sosok Paus yang mewakili komunitas Katolik dunia yang berkunjung ke negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia.

Perjalanan ini juga merupakan misi yang sejalan dengan kunjungannya ke Abu Dhabi tahun lalu, ketika Paus Fransiskus menandatangani perjanjian persaudaraan dan kesetaraan dengan Imam Besar Abu Dhabi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pesan keberpihakan Paus Fransiskus untuk yang terpinggirkan

Keputusan Paus Fransiskus untuk mengenakan sepatu yang usang dan lusuh bukan hanya sekadar pilihan praktis. Itu adalah tindakan simbolis yang disengaja, yang memperkuat pesan konsistennya tentang kerendahan hati dan kesederhanaan.

Penolakan terhadap kemewahan, seperti terlihat dari perjalanannya menggunakan penerbangan komersial dan kendaraan biasa, menantang norma sosial yaitu kekuasaan dan status sering ditunjukkan melalui kekayaan.

Tindakan ini mencerminkan keinginannya untuk terhubung dengan orang-orang yang terpinggirkan dan masyarakat biasa, serta memperkuat gagasan bahwa kepemimpinan sejati adalah tentang pelayanan, bukan kebesaran.

Pilihan untuk berpakaian sederhana, terutama di negara dengan ketimpangan pendapatan yang signifikan seperti Indonesia, mengirimkan pesan kuat tentang keberpihakan gereja kepada kaum miskin dan terpinggirkan.

Kritik Paus Fransiskus terhadap keseragaman dan kekuasaan menyentuh isu yang lebih luas baik di bidang politik maupun agama.

Dengan mengutuk keseragaman yang dipaksakan, Paus menyoroti betapa penerapan identitas atau ideologi tunggal dapat menyebabkan kekerasan dan penindasan. Penekanan Paus pada penghormatan terhadap keragaman sangat berarti, terutama dalam konteks Indonesia sebagai negara yang dikenal akan pluralisme, tetapi di saat bersamaan acap kali menghadapi ketegangan agama dan etnis.

Pesannya menantang sistem-sistem otoriter, ketika keragaman sering kali ditekan demi keseragaman.

Tema penting lain dalam ajaran Paus Fransiskus adalah bahaya manipulasi iman. Ia memperingatkan risiko penggunaan agama untuk kepentingan politik atau pribadi, atau ketika keyakinan digunakan untuk membenarkan tindakan-tindakan yang memecah belah.

Ketika retorika agama terkadang digunakan sebagai senjata untuk memicu kebencian di dunia, pesan Paus Fransiskus adalah ajakan untuk kembali ke prinsip-prinsip dasar iman.

Kritik ini memiliki implikasi mendalam, terutama di wilayah-wilayah seperti Asia Tenggara, dengan agama memainkan peran signifikan dalam politik.

Indonesia sebagai contoh dunia "Persatuan dalam Keragaman"

Hubungan antara Paus dan Indonesia adalah kompleks dan kaya, dengan benang politik dan budaya yang terjalin sejak kemerdekaan negara pada 1945.

Kunjungan Paus Fransiskus ini sangat signifikan karena terjadi 35 tahun setelah kunjungan terakhir Paus Yohanes Paulus II, ketika Indonesia masih berada di bawah rezim Suharto. Kunjungan ini menempatkan Indonesia sebagai contoh negara yang dapat mewujudkan kerukunan antaragama tanpa konflik internal yang besar.

Meski mayoritas penduduknya Muslim, Indonesia adalah negara Islam yang didirikan dengan toleransi agama yang kuat.

Paus Fransiskus tiba dengan pesan kesetaraan dan solidaritas serta menekankan bahwa Indonesia bisa menjadi contoh bagi dunia.

Namun, kompleksitas negara ini tidak dapat diabaikan.

Dalam beberapa dekade terakhir di Indonesia, telah terjadi adopsi undang-undang yang represif, yang telah merongrong proses demokrasi. Bahkan dua pekan lalu, terjadi protes terhadap upaya Revisi UU Pilkada, yang menyoroti permasalahan yang dihadapi demokrasi di Indonesia.

Meskipun Indonesia dianggap sebagai model toleransi agama dan pluralisme, dinamika internalnya menceritakan kisah yang lebih kompleks.

Ketimpangan pendapatan dan kesulitan ekonomi sangat terlihat, dengan sebagian besar populasi hidup dalam kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi yang dicapai selama beberapa dekade terakhir belum dirasakan secara merata oleh semua lapisan masyarakat. Daerah pedesaan dan kelompok-kelompok yang terpinggirkan, khususnya, masih berjuang untuk mendapatkan akses ke layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan.

Ketidakseimbangan ekonomi ini tidak hanya terbatas pada aspek material, tetapi juga memiliki implikasi politik dan sosial yang mendalam.

Ketidakmerataan distribusi kekayaan dan sumber daya telah memicu rasa frustrasi di antara kelas-kelas yang lebih miskin, yang melihat elit ekonomi dan politik memperoleh manfaat dari kemajuan, sementara mereka tertinggal.

Protes terhadap Revisi UU Pilkada dan meningkatnya ketegangan sosial menunjukkan bahwa Indonesia jauh dari bebas dari konflik internal.

Kunjungan Paus Fransiskus, dengan pesan kerendahan hati, kesetaraan, dan solidaritas, menyoroti urgensi untuk menghadapi masalah-masalah ini.

Penekanannya pada persaudaraan lintas agama dan perlunya perhatian lebih besar terhadap kaum miskin dan terpinggirkan adalah ajakan untuk merenungkan ketimpangan yang melanda negara ini.

Dalam konteks ini, Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi contoh dunia tidak hanya dalam toleransi agama, tetapi juga dalam komitmennya untuk mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi.

(vws/vws)